Hyperseks Membuatku Tak Tertahankan


Pagi itu saya terbangun dengar bunyi hapeku bordering saya masih memandang Niya wanita ABG yang saya garap tadi malam ia masih tidur terlelap dengan toket yang montok naik turun dengan tarikan nafasnya pengen saya berpelukan lagi dengannya rasanya, ahh namun temanku ardi telah menunggu di luar yang meneleponku tadi.

Iklan Sponsor : Situs Judi Slots Habanero

Setelah itu saya keluar kamar dengan pelan pelan supaya Niya tidak tersendat dengan pembicaraanku.

“ Baru bangun ya”, terdengar suara Ardi diujung situ.

“ Iya, ingin mengapa pagi ini dah nelpon, masih ngantuk”, jawabku.

“ Ini ari baru bangun, udah jam 10 nih. Tentu ngegarap ABG ya”.

“ La iya lah”, jawabku.

“ Terdapat apa”.

“ Tukeran ABG ayo, saya tadi malam main ama pembantu sebelah”.

“ Pembantu? emangnya gak terdapat wanita yang lain”, kataku, rada kesel.

Masak Niya ingin dituker ama pembantu.

“ Tunggu dahulu, supaya pembantu Ana menawan kaya anak gedongan. Bodinya montok banget serta napsunya gede banget, maunya terus2an main. Kalian tentu puas lah main ama ia”.

“ Masak sih, kalo cewekku Niya, anak skolahan, montok serta binal kalo di ranjang”, jawabku lagi.

“ Ya udah, kita tukeran aja, ingin enggak. Kalo ingin saya ama Ana cabut kerumahmu saat ini”.

Saya tertarik pula dengan tawaran, pengen pula saya ngeliat kaya apa sih pembantu yang katanya kaya anak gedongan,

“ Ok, dateng aja”. Pembicaraan terhenti.

Saya kembali ke kekamar.

Niya udah bangun.

“ Terdapat apa om, ingin maen lagi gak”, katanya sembari tersenyum.

“ Belum puas semalem ya Niya. Temen om tadi nelpon ngajakin om tuker pendamping. Niya ingin gak maen ama temennya om. Ia pula pakar kok nggarap wanita abg kaya Niya”, jawabku.

“ Kalo nikmat ya Niya sih ingin aja”, Niya bangun dari tempat tidur serta masuk kamar mandi.

Saya menyusulnya. Sesungguhnya saya napsu lagi ngeliat Niya yang masih telanjang bundar, namun sebab Ana ingin dateng ya saya tahan aja napsuku.

Kita mandi sama sembari silih menyabuni sehingga kon tolku ngaceng lagi.

“ Om, kon tolnya ngaceng lagi tuh, maen lagi ayo”, ajak Niya sembari ngocok kon tolku.

Baca Pula Cerita Sex Lain nya di CeritasexTerbaru. Net

“ Kan Niya ingin maen ama temennya om, nanti aja maennya. Temen om ama ceweknya lagi mengarah kemari”, jawabku.

Sehabis mandi, kita makan pagi dahulu. Niya tetep aja bertelanjang bundar sedangkan saya hanya pake celana pendek saja.

Berakhir makan saya menarik Niya saung dipinggir kolam renang yang terdapat dibelakang rumahku. Niya kupeluk serta kuciumi sedangkan tanganku padat jadwal meremes2 toket montoknya. Niyapun gak ingin kalah, kon tolku digosok2nya dari luar celana ku.

Lagi asyik, Ardi serta Ana tiba. Ardi telah biasa kalo masuk rumahku langsung nyelonong aja kedalem, sebab kami memiliki kunci rumah masing2. Ana nyatanya menawan pula, semacam bintang sinetron berdarah arab yang saya kurang ingat namanya.

Ana make pakean ketat, sehingga toketnya yang besar nampak sangat menonjol. Pantatnya yang besar pula nampak sangat menggairahkan. Ana kaget memandang Niya yang bertelanjang bundar. Kuperkenalkan Niya pada Ardi, Ardi langsung menggandeng Niya masuk ke rumah.

“ An, Ardi bilang ia nikmat banget ngen tot sama kalian, nomor nok kalian dapat ngempot ya, saya jadi kepingin ngerasain diempot pula”, kataku sembari mencium pipinya.

“ An, kalian napsuin banget, tetek besar serta pantat pula besar”.

“ Niya kan pula napsuin pak”, jawabnya sembari duduk disebelahku di dipan.

“ Jangan panggil pak dong, panggil om. Kan aku belum tua”, kataku sembari memeluknya.

Kucium pipinya sembari jemariku membelai- belai bagian balik telinganya. Matanya terpejam seakan menikmati usapan tanganku.

Kupandangi mukanya yang manis, hidungnya yang mancung kemudian bibirnya. Tidak tahan berlama- lama menunggu kesimpulannya saya mencium bibirnya. Kulumat mesra kemudian kujulurkan lidahku. Mulutnya terbuka lama- lama menerima lidahku.

Lama saya mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu kasar menjawab game lidahku, sampai- sampai napas kami berdua jadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti buat menarik napas, kemudian kami mulai berpagutan lagi serta lagi.

Iklan Sponsor : Situs Judi Slots Playtech

Kubelai pangkal lengannya yang terbuka. Kubuka telapak tanganku sehingga jempolku dapat mencapai permukaan dadanya sembari membelai pangkal lengannya. Bibirku saat ini turun menyapu lehernya bersamaan telapak tanganku meraup toketnya.

Ana menggeliat bagai cacing kepanasan terserang terik mentari. Suara rintihan kesekian kali keluar dari mulutnya di dikala lidahku menjulur menikmati lehernya yang jenjang.

“ Om….” Ana memegang tanganku yang lagi meremas toketnya dengan penuh napsu.

Bukan buat menghindari, sebab ia membiarkan tanganku mengelus serta meremas toketnya yang montok.

” An, saya mau memandang toketmu”, ujarku sembari mengusap bagian puncak toketnya yang menonjol.

Ia menatapku. Ana kesimpulannya membuka tank top ketatnya di depanku. Saya terpukau memandang toketnya yang tertutup oleh BH bercorak gelap.

Toketnya begitu membusung, menantang, serta naik turun bersamaan dengan desah nafasnya yang memburu.

Sembari tiduran Ana membuka pengait BH- nya di punggungnya. Punggungnya melengkung indah. Saya menahan tangan Ana kala ia berupaya buat merendahkan tali BH- nya dari atas pundaknya. Malah dengan kondisi BH- nya yang longgar sebab tanpa pengait semacam itu membuat toketnya terus menjadi menantang.

“ toketmu bagus, An”, saya berupaya mengatakan keelokan pada badannya.

Lama- lama saya menarik turun cup BH- nya. Mata Ana terpejam. Perhatianku terfokus ke pentilnya yang bercorak kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar lagi ujungnya begitu runcing serta kaku. Kuusap pentilnya kemudian kupilin dengan jemariku. Ana mendesah. Mulutku turun mau mencicipi toketnya.

“ Egkhh..” rintih Ana kala mulutku melumat pentilnya.

Kupermainkan dengan lidah serta gigiku. Sekali- sekali kugigit pentilnya kemudian kuisap kuat- kuat sehingga membuat Ana menarik rambutku. Puas menikmati toket yang sebelah kiri, saya mencium toket Ana yang satunya yang belum pernah kunikmati.

Rintihan- rintihan serta desahan kenikmatan keluar dari mulut Ana. Sembari menciumi toket Ana, tanganku turun membelai perutnya yang datar, menyudahi sejenak di pusarnya kemudian lama- lama turun mengitari lembah di dasar perut Ana.

Kubelai pahanya sebelah dalam terlebih dulu saat sebelum saya memutuskan buat meraba nomor noknya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Ana.

Saya secara seketika menghentikan kegiatanku kemudian berdiri di samping dipan. Ana tertegun sejenak memandangku, kemudian matanya terpejam kembali kala saya membuka jeans warna hitamnya. Saya masih berdiri sembari memandang badan Ana yang tergolek di dipan, menantang.

Kulitnya yang tidak sangat putih membuat mataku tidak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang dipakainya telihat sangat longgar pada pinggangnya tetapi pada bagian pinggulnya begitu cocok buat menampilkan lekukan pantatnya yang sempurna.

Puas memandang badan Ana, saya kemudian membaringkan tubuhku disampingnya. Kurapikan untaian rambut yang menutupi sebagian bagian pada permukaan wajah serta leher Ana. Kubelai lagi toketnya. Kucium bibirnya sembari kumasukkan air liurku ke dalam mulutnya.

Kunjungi Pula : Situs Judi Slots Pragmatic

Ana menelannya. Tanganku turun ke bagian perut kemudian menerobos masuk lewat pinggang celana jeans Ana yang memanglah agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap serta membelai selangkangan Ana yang masih tertutup CDnya.

Jari tengah tanganku membelai permukaan CDnya pas diatas nomor noknya, basah. Saya terus mempermainkan jari tengahku buat menggelitik bagian yang sangat individu badan Ana. Pinggul Ana lama- lama bergerak ke kiri, ke kanan serta sesekali bergoyang buat menetralisir ketegangan yang dialaminya.

Saya menyuruh Ana buat membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan kanan Ana menyudahi pada permukaan kancing celananya. Ana kemudian membuka kancing serta merendahkan reitsliting celana jeansnya.

CD gelap yang dikenakannya begitu mini sehingga jembut keriting yang berkembang di dekat nomor noknya nyaris sebagian keluar dari pinggir CDnya. Saya menolong menarik turun celana jeans Ana. Pinggulnya agak Niyaikkan kala saya agak kesulitan menarik celana jeans Ana.

Akupun melepas celana pendekku. Posisi kami saat ini bersama tinggal menggunakan CD. Badannya terus menjadi seksi saja. Pahanya begitu lembut. Memanglah wajib kuakui badannya begitu menarik serta menarik, penuh dengan sex appeal.

Kami berpelukan. Kutarik tangan kirinya buat memegang kon tolku dari luar CD ku.

“ Oh..” Ana memegang kon tolku yang tegang.

“ Mengapa, An?” tanyaku.

Ana tidak menanggapi, malah melorotkan CD ku. Langsung kon tolku yang panjangnya kira- kira 18 centimeter dan agak gendut dibelai serta digenggamnya. Belaiannya begitu mantap menunjukkan Ana pula begitu piawai dalam urusan yang satu ini.

“ Tangan kalian pintar pula ya, An,”´ ujarku sembari memandang tangannya yang mengocok kon tolku. Cerpen Sex

“ Ya, mesti dong!” jawabnya sembari cekikikan.

“ Om sama Niya semalem maen berapa kali?” tanyanya sembari terus mengurut- urut kon tolku.

“ Kalian sendiri semalem maen berapa kali sama Ardi?” saya malah balik berrtanya.

Menemukan persoalan semacam itu entah mengapa nafsuku seketika terus menjadi liar. Ana kesimpulannya menceritakan jika Ardi napsu sekali tadi malem menggeluti ia. Ingin berapa kali Arif memohon, Ana tentu melayaninya.

Mendengar perjelasan begitu jari- jariku masuk dari samping CD langsung memegang bukit nomor nok Ana yang telah basah. Telunjukku membelai- belai i tilnya sehingga Ana keenakan.

“ Kalian biasa ngisep kan, An?” tanyaku.

Ana tertawa sembari mencubit kon tolku. Saya meringis.

“ Kalo memiliki om mana dapat?” ucapnya.

“ Mengapa memangnya?” tanyaku penasaran.

“ Tidak memuat di mulutku,” berakhir mengatakan demikian Ana langsung tertawa kecil.

“ Jika yang dibawah, gimana?” tanyaku lagi sembari menusukkan jari tengahku ke dalam nomor noknya.

Ana merintih sembari memegang tanganku. Jariku telah tenggelam ke dalam liang nomor noknya. Saya merasakan nomor noknya berdenyut menjepit jariku. Ugh, tentu nikmat sekali jika kon tolku yang diurut, pikirku. Lekas CD nya kulepaskan.

Lama- lama tanganku menangkap toketnya serta meremasnya kokoh. Ana meringis. Diusapnya lembut kon tolku keras banget. Tangannya begitu kreatif mengocok kon tolku sehingga saya merasa keenakan.

Saya tidak cuma tinggal diam, tanganku membelai- belai toketnya yang montok. Kupermainkan pentilnya dengan jemariku, sedangkan tanganku yang satunya mulai meraba jembut rimbun di dekat nomor nok Ana.

Kuraba permukaan nomor nok Ana. Jari tengahku mempermainkan i tilnya yang telah membeku. kon tolku saat ini telah siap tempur dalam genggaman tangan Ana, sedangkan nomor nok Ana pula telah mulai menghasilkan cairan kental yang kurasakan dari jemari tanganku yang mengobok- obok nomor noknya.

Kupeluk badan Ana sehingga kon tolku memegang pusarnya. Tanganku membelai punggung kemudian turun meraba pantatnya yang montok. Ana membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku.

Kedua telapak tanganku mencapai pantat Ana, kuremas dengan sedikit agak agresif kemudian saya menaiki badannya. Kaki Ana dengan sendirinya mengangkang. Kuciumi lagi lehernya yang jenjang kemudian turun melumat toketnya.

Telapak tanganku terus membelai serta meremas tiap lekuk serta benjolan pada badan Ana. Saya melebarkan kedua pahanya sembari memusatkan kon tolku ke bibir nomor noknya. Ana mengerang lirih. Matanya lama- lama terpejam.

Giginya menggigit bibir bawahnya buat menahan laju birahinya yang terus menjadi kokoh. Ana memandang saya, matanya penuh nafsu seolah meminta kepadaku buat merambah nomor noknya.

” Saya mau mengen totmu, An” bisikku pelan,

sementara kepala kon tolku masih menempel di belahan no nok Ana. Kata ini ternyata membuat wajah Ana memerah. Ana menatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun kon tolku yang perlahan menyusup ke dalam no nok Ana.

Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti kon tolku membelah no noknya yang ternyata begitu kencang menjepit kon tolku. no noknya begitu licin hingga agak memudahkan kon tolku untuk menyusup lebih ke dalam.

Ana memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak peduli.

“Om, gede banget, ohh..” Ana menjerit lirih.

Tangannya turun menangkap kon tolku.

“Pelan om”.

Soalnya aku tahu pasti ukuran kon tol Ardi tidaklah sebesar yang kumiliki. Akhirnya kon tolku terbenam juga di dalam no nok Ana. Aku berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding no nok Ana. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna.

Kulumat bibir Ana sambil perlahan-lahan menarik kon tolku untuk selanjutnya kubenamkan lagi. Aku menyuruh Ana membuka kelopak matanya. Ana menurut. Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati kon tolku yang keluar masuk dari dalam no noknya.

“Aku suka no nokmu, An.. no nokmu masih rapet” ujarku sambil merintih keenakan.

Sungguh, no nok Ana enak sekali.

“Kamu enak kan, An?” tanyaku lalu dijawab Ana dengan anggukan kecil.

Aku menyuruh Ana untuk menggoyangkan pinggulnya. Ana langsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya.

“Suka kon tolku, An?” tanyaku lagi.

Ana hanya tersenyum. kon tolku seperti diremas-remas ditambah jepitan no noknya.

“Ohh.. hh..” aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat.

Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kon tolku ke dalam no nok Ana.

Kuperhatikan kon tolku yang keluar masuk dari dalam no noknya. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan.

Ana semakin melebarkan kedua pahanya sementara tangannya melingkar erat di pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Ana yang semakin tidak terkendali.

“An.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapku keenakan.

“Ana juga, om”, jawabnya.

Ana merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata, “aduh” yang diucapkan terputus-putus. Aku merasakan no nok Ana semakin berdenyut sebagai pertanda Ana akan mencapai puncak pendakiannya.

Aku juga merasakan hal yang sama dengannya, namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang kualami.

Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Aku mempercepat goyanganku ketika kusadari Ana hampir nyampe. Kuremas toketnya kuat seraya mulutku menghisap dan menggigit pentilnya. Kuhisap dalam-dalam.

“Ohh.. hh.. om..” jerit Ana panjang.

Aku membenamkan kon tolku kuat-kuat ke no noknya sampai mentok agar Ana mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya kejang. Kepalaku ditarik kuat terbenam diantara toketnya. Pada saat tubuhnya menyentak-nyentak aku tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.

“An, aakuu.. keluaarr, Ohh.. hh..” jeritku.

Ana yang masih merasakan orgasmenya mengunci pinggangku dengan kakinya yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga aku memuntahkan peju hangat dari kon tolku. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan Ana juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya.

Mulutku yang berada di belahan dada Ana kuhisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitnya. Telapak tanganku mencengkram toket Ana. Kuraup semuanya sampai-sampai Ana kesakitan. Aku tak peduli lagi.

Pejuku akhirnya muncrat membasahi no noknya. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Ana pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Ana. kon tolku masih berada di dalam no nok Ana. Ana mengusap-usap permukaan punggungku.

“Ana puas sekali dien tot om,” katanya.

Aku kemudian mencabut kon tolku dari no noknya. Dari dalam Ardi keluar sudah berpakaian lengkap.

“Pulang yuk An, sudah sore”, ajaknya.

Aku masuk kembali ke kamar. Niya ada di kamar mandi dan terdengar shower nyala. Aku bisa mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan Niya keluar hanya bercelana pendek.

Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanya membersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Niya berbaring diranjang telanjang bulat.

“Kenapa Niya, lemes ya dien tot Ardi”, kataku.

“Lebih enak ngen tot sama om, kon tol om lebih besar soalnya”, jawab Niya tersenyum.

“Malem ini kita men lagi ya om”.

Hebat banget Niya, gak ada matinya. Pengennya dien tot terus.

“Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, kataku sambil berpakaian. Niya pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.

Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang. Tangan Niya bergerak menggenggam kon tolku. Aku melenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan remasan lembut tangannya pada kon tolku.

Niya mulai bergerak turun naik menyusuri kon tolku yang sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala kon tolku yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kembali aku melenguh merasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. Dengan lembut aku mulai meremas-remas toketnya.

Tangan Niya menggenggam kon tolku dengan erat. Pentilnya kupilin2. Niya masukan kon tolku kedalam mulutnya dan mengulumnya. Aku terus menggerayang toketnya, dan mulai menciumi toketnya. Napsuku semakin berkobar.Keepohnih.com

Jilatan dan kuluman Niya pada kon tolku semakin mengganas sampai-sampai aku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutnya. Aku membalikkan tubuhnya hingga berlawanan dengan posisi tubuhku. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahku menyentuh no noknya dengan lembut.

Tubuhnya langsung bereaksi dan tanpa sadar Niya menjerit lirih. Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahku di no noknya. Kedua pahanya mengempit kepalaku seolah ingin membenamkan wajahku ke dalam no noknya.

Kon tolku kemudian dikempit dengan toketnya dan digerakkan maju mundur, sebentar. Aku menciumi bibir no noknya, mencoba membukanya dengan lidahku. Tanganku mengelus paha bagian dalam. Niya mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakinya yang tadinya merapat.

Aku menempatkan diri di antara kedua kakinya yang terbuka lebar. kon tol kutempelkan pada bibir no noknya. Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun.

Niya merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. no noknya yang sudah banjir membuat gesekanku semakin lancar karena licin. Niya terengah-engah merasakannya. Aku sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala kon tolku menggesek-gesek i tilnya yang juga sudah menegang.

“Om.?” panggilnya menghiba.

“Apa Niya”, jawabku sambil tersenyum melihatnya tersiksa.

“Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kon tol. Sementara Niya benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahinya.

“Niya sudah pengen dien tot om”, katanya.

Niya melenguh merasakan desakan kon tolku yang besar itu. Niya menunggu cukup lama gerakan kon tolku memasuki dirinya. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, kon tolku juga panjang.

Niya sampai menahan nafas saat kon tolku terasa mentok di dalam, seluruh kon tolku amblas di dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan lancar.

Semakin membanjirnya cairan dalam no noknya membuat kon tolku keluar masuk dengan lancarnya. Niya mengimbangi dengan gerakan pinggulnya. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama enjotanku. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar.

Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting enjotanku mencapai bagian-bagian peka di no noknya. Niya bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. kon tolku menjejali penuh seluruh no noknya, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan kon tolku sangat terasa di seluruh dinding no noknya.

Niya merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. Niya mengakui keperkasaan dan kelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Niya merasakan kepuasan tak terhingga ngen tot denganku. Aku bergerak semakin cepat. kon tolku bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitivenya.

Niya meregang tak kuasa menahan napsuku, sementara aku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naik turun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya semakin keras. Melihat reaksinya, aku mempercepat gerakanku. kon tolku yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya.

Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Niya meraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga aku menindih tubuhnya dengan erat. Niya membenamkan wajahnya di samping bahuku. Pinggul nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatku dan menekannya kuat-kuat.

Niya meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang.

“om..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatan yang dialaminya nersamaku. Aku menciumi wajah dan bibirnya. Niya mendorong tubuhku hingga terlentang.
Dia langsung menindihku dan menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhku.

Kembali diemutnya kon tolku yang masih tegak itu. Lidahnya menjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok kon tolku. Belum sempat aku mengucapkan sesuatu, Niya langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhku. no noknya berada persis di atas kon tolku. “Akh!” pekiknya tertahan ketika kon tolku dibimbingnya memasuki no noknya.

Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh kon tolku. Selanjutnya Niya bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhnya melonjak-lonjak. Pinggulnya bergerak turun naik.

“Ouugghh.. Niya.., luar biasa!” jeritku merasakan hebatnya permainannya.

Pinggulnya mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tanganku mencengkeram kedua toketnya, kuremas dan dipilin-pilin.
Aku lalu bangkit setengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya. Menciumi pentilnya. Kuhisap kuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan.

Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Niya berkutat mengaduk-aduk pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku.

Butuh Uang Cepat dan Mendesak, Ini Solusinya Hanya di : Solusirejeki.com

Tusukan kon tolku semakin cepat seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Aku merasa pejuku udah mau nyembur.

Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Niya pun merasakan desakan yang sama. Niya terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku mulai mengejang, mengerang panjang.

Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejuku nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri no noknya. Niya pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya. Sambil mendesakan pinggulnya kuat-kuat, Niya berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat.

“om, nikmaat!” jeritnya tak tertahankan. Niya lemes, demikian pula aku.

Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! akhirnya kami tertidur kelelahan.